Friday, January 12, 2018

Traveling Sekaligus Ibadah, Kenapa Tidak?


Danau Beratan, Ulun Danu Bedugul Bali [Foto: Dok Pri]

Yang namanya traveling itu capek tapi mengasyikan. Meski capek, tapi terbayar dengan hal-hal yang diinginkan. Membayangkan keluar negeri untuk bersenang-senang saja tidak pernah. Eeh, tetiba ada tawaran untuk keluar negeri yang semuanya ditanggung. Siapa yang ga loncat-loncat kegirangan. Tentunya ngucap Alhamdulillah dulu sebelumnya, donk.
 
Gerbang menuju Pantai Pandawa, Bali [Foto: Dok Pri]
Traveling bagi saya tak sekadar traveling. Akan tetapi, ada nilai, kearifan, dan pelajaran yang mesti saya ambil. Indonesia saja tak cukup satu dua hari untuk dikunjungi. Apalagi keluar dari Indonesia. Ya, kalau ada kesempatan untuk traveling keluar negeri, kenapa tidak dilakukan.
 
Salah satu tempat menginap [Foto: Dok Pri]
Traveling, untuk saya sama seperti membolak-balikin lembaran buku (= baca buku tepatnya). Setiap jejak langkah saya memberi waktu untuk berpikir, memberi ide, mengamati dan belajar hal-hal baru termasuk budaya, kuliner, bahkan sejarah. 
 
Menapaki Ulun Danu Beratan [Foto: Dok Pri]
Hal itu memberi begitu banyak waktu untuk melakukan introspeksi dan memahami bagaimana hal-hal tertentu dapat saya lakukan untuk hari-hari berikutnya. Saya seperti memperoleh standar dalam kehidupan. Inspirasi untuk hidup lebih baik atau mungkin senang dapat menjalani kehidupan yang lebih baik, dan merasakan kembali apa yang orang-orang perlukan. 
 
Bersama Si Kecil di Pantai Pandawa [Foto: Dok Pri]
Traveling itu penting lho guys. Kenapa penting? Di Traveling itulah kita bisa menemukan hal baru. Kita akan bertemu dengan orang-orang dari budaya yang berbeda. Kita akan melihat bagaimana kehidupan mereka sehari-hari.

Bertemu keluarga baru, Julian Cortezs (San Fransisco-Perancis) saat di Bali yang hingga hari ini masih terus berkomunikasi [Foto: Dok Pri]

Komunikasi secara langsung dapat kita lakukan dan bertanya tentang banyak hal. Mungkin inilah yang disebut pembagian budaya, menemukan budaya baru. Hal ini dapat membantu dan memperluas wawasan dan pikiran kita.
 
Coba kuliner baru super jumbo, Bali (Gurame saus mangga) [Foto: Dok Pri]

Ayam Kopi [Foto: Dok Pri]

Mie Seafood yang rasanya aduhai [Foto: Dok Pri]

Salah satu keuntungan traveling itu juga kita bisa tahu banyak tentang kuliner daerah/negeri setempat. Bahkan menemukan masakan baru. Siapa coba yang tak suka sama makanan? Tentunya, kalau kita mampir ke resto di daerah setempat, bisa ngobrol-ngobrol sama Chef-nya, bagaimana dia membuat makanan itu. Bisa jadi kita bertanya tentang resep dan bahan. Hal ini tentunya menakjubkan. Kalau tidak melakukan traveling, mustahil bisa mencicipi langsung menu makanan khas dari daerah tersebut. 
 
Melepas penat di Pandawa [Foto: Dok Pri]

Ketenangan itu hadir di Ulun Danu, super cantik [Foto: Dok Pri]

Menjejak di tepian Tanah Lot [Foto: Dok Pri]

Pergi traveling itu benar-benar  mengasyikan. Kita akan menjumpai orang baru bahkan mengajaknya bercakap-cakap. Bisa jadi, saat traveling ketemu jodoh, who knows, kan? Kalau pun belum ketemu yang spesial, minimal ada kriteria yang dicari. Mendapati teman baru saat traveling akan membantu kita dalam belajar banyak hal juga budaya baru.

Traveling membebaskan diri dari rutinitas sehari-hari. Tubuh kita punya hak untuk bersenang-senang, bukan? Kita perlu istirahat sejenak. Menyegarkan pikiran dengan mengunjungi beberapa tempat yang sebelum tidak pernah disambangi. Dengan begitu, kita akan kembali memperoleh energi baru. Tinggalkan ponsel sejenak di rumah. Ambil kamera dan temukan hal-hal baru yang bisa dibuat cerita di blog pribadi kita.
 
Sabina & Krishna merupakan teman lama saya di Jakarta yang kini menetap di Bali. Komunikasi kami tak pernah putus, meski sekadar say hello. Mereka berdua sebagai pasangan suami-istri. [Foto: Dok Pri]
Salah satu cara menghadapi ketakutan dengan traveling. Traveling menghadapi rasa takut bisa kita lakukan dengan bermain arung jeram, menyelam, juga kano. Bahkan, untuk menguji seberapa besar kadar ketakutan kita, bungee jumping bisa jadi solusi, atau sky dive bahkan giant swing… hahaha. Mencoba semua hal tak ada salahnya lho.  

Traveling itu membangun kenangan. Ya, perjalanan yang kita lakukan akan memberi kita beberapa catatan kenangan indah yang mungkin sulit untuk dilupakan. Mungkin, di saat usia menapaki 60 tahun (semoga masih diberikan umur), kita bisa bercerita kepada anak-anak tentang perjalanan yang kita lakukan. Memperlihatkan pada mereka foto-foto indah kita. Tanpa traveling, ingatan seperti itu tidak akan pernah terbangun.

Akhir traveling saya tak muluk-muluk. Bagaimana bepergian saya bisa meningkatkan status perbaikan ketaatan ibadah kepada Allah SWT. Ada keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat yang sudah seharusnya saya tancapkan dalam diri. Satu tujuan saya, traveling sekaligus ibadah ke rumah Allah SWT yang dibangun Nabi Ibrahim as. Ya, rencana mengunjungi Kakbah untuk umrah, beribadah khusyuk. 
 
Inilah akhir dari semuanya, semoga terwujud [Foto: Dok http://cdn2.tstatic.net]
Berkeluh kesah di depan kabah mohon ampunan kepadaNYA. Oleh karenanya, menabung sedikit  demi sedikit untuk mewujudkan, tak lebih tak kurang. Niat ini sudah saya tanamkan jauh-jauh hari dengan terus menyisihkan pendapatan. Insya Allah, niat baik dan benar dengan doa dan usaha di-ijabah Allah SWT.



#ODOPJanuari2018 #13Januari #Day4

14 comments:

Maya Siswadi said...

Yakin loe travelling ga bawa handphone? Cukup putu-putu pakai kamera aja? ;)

https://www.junjoewinanto.com said...

Mba @Maya: Gw yakiiiin banget mbaa, yakin seyakin-yakinnya, MATII GAYA!! Hahahaha. Hari gini mbaaaaa... Duh serasa di dunia laen mbaaa ga bawa hengpong.

Muthiah Alhasany said...

Berapa porsi ibadahnya?:)

lita chan lai said...

wah, istilahnya tadabur alam ya jun. karena gw biasa di alam bebas. maksud bebas maunya gw ������

Ety Budiharjo said...

yuuuk...kita umroh bareng. Amiiin...

Ani Berta said...

Salah satu cita2ku tahun ini juga umroh nih mas Jun

mpo ratne said...

Tak sekadar keberuntungan bisa jalan jalan gratis tapi menurut allah sudah saatnya ayah dapat bonus. Karena ayah baik

miss dapur said...

Miss juga mau umroh. Maunya ada yg gratis. Semoga ada yg mau biayain miss.

Anisa Deasty Malela said...

Asiknya traveling bersama keluarga, tapi ga lupa untuk bersyukur atas rezeki yang diperoleh ya mas.
Keren nih papah Jun.

https://www.junjoewinanto.com said...

Mba @Muthiah: yang jelas Insya Allah, kalo sudah di Baitullah mah udah fokus ibadah mba. Semoga bisa istiqomah.

@Lita: Oiya, jadi ingat lagi istilah tadabur alam ya, dulu zaman2 jadi kuli, sering banget itu istilah keluar. Sekarang udah jarang dipake lagi.

Mba @Ety: Aamiin Ya Allah, semoga mbaa

Teh @Ani: Waaah... aamiin aamiin aamiin Teh, semoga doa-doa baik ini diijabah oleh Allah SWT. Semoga dimudahkan ya Teh.

Mpo @Ratne: Aamiin Pok, semoga ya Pok.

@Miss Dapur: Aamiin miss, semoga segera terwujud miss.

Mba @Anisa: Alhamdulillah, bagaimanapun bersyukur itu harus mba, mau kecil,besar, atawa banyak.

Noer Ima Kaltsum said...

Pingin kayak gitu, blogger, nulis, travelling, ngibadah tetap khusyuk. Semua bisa ya mbas jun

Rach Alida Bahaweres said...

Halo Om Jun, alhamdulillah ya dengan traveling ini, kita jadi banyak tahu tentang Maha Besar Allah. Mohon doanya juga tahun ini juga ingin umrah, Om. Kita sama2 mendoakan ya. Aamin

Dyah said...

Traveling itu belajar. Sama seperti beli buku baru.

Munasyaroh Fadhilah said...

Jika Allah sudah berkehendak, Insyaallah jalan akan lanvar. Traveling sambil ibadah pasti kesampaian