Wednesday, May 30, 2018

Anak Muda Indonesia, Saatnya Bangkit dan Berdaya: Adamas Belva Devara, Perlu 128 Tahun Indonesia (Jakarta) Perbaiki Pendidikan


 
Adamas Belva Devara - CEO Ruangguru.com [Foto: Dok Pri]
Namanya tercatat sebagai satu dari delapan penerima beasiswa di NTU dari pemerintah Singapura. Sosoknya terlihat begitu cheer saat menyampaikan perusahaan yang digawanginya, ruangguru.com. Adamas Belva Devara, sosok penting dalam startup yang didirikannya bersama Iman Usman.

Belva biasa disapa, telah ditanamkan banyak nilai-nilai penting dalam kehidupannya oleh kedua orang tuanya. Salah satu nilai itu adalah pendidikan. Meski berasal dari keluarga dengan ekonomi cukup, tetapi kedua orang tuanya selalu ingin memberi pendidikan layak untuk anak-anaknya, termasuk dirinya.

Menurutnya, pendidikan itu sangat penting sebagai investasi masa depan. Wajar, selama menempuh studi Belva selalu menjadi yang terbaik. Karenanya banyak mendapatkan tawaran beasiswa untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Ruangguru telah banyak melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah, sekitar 34 provinsi telah menjalin hubungan kerjasama tersebut. Ada sekitar 500 kota/kabupaten yang telah bekerjasama termasuk pemerintah daerah.
 
Transformasi model belajar dari Ruangguru.com [Foto: Dok Pri]
Ruangguru sendiri berdiri pada 2014 yang digawangi oleh dirinya dan Iman Usman. Mereka berdua memang sangat beruntung, karena bisa melanjutkan pendidikan di universitas terbaik di dunia.

Di Indonesia, menurut Belva, masih banyak anak-anak Indonesia yang jauh lebih pintar, tetapi tidak memiliki kesempatan yang sama seperti kami berdua. Inilah alasan kenapa Belva dan Iman mendirikan ruangguru. Hal ini menjadi jawaban dari permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia pula.

Menurut Belva, pendidikan Indonesia tidak begitu bagus. Indonesia berada di peringkat kedua terbawah. Profesornya sendiri beranekdot untuk menghitung berapa lama pendidikan di Indonesia ini mesti berubah. Profesornya menghitung pendidikan yang hanya berada di Jakarta.

Akhirnya, keluarlah angka, Jakarta perlu waktu 128 tahun untuk mengubah pendidikan agar lebih baik.

Menurut Belva, banyak sekarang keluar kalimat, “Indonesia Emas 2030-2045”, tetapi sebenarnya kalau melihat Indonesia ke depannya, bahwa anak-anaklah yang nantinya mendapat tongkat estafet ke depannya seperti apa.
 
Tabel pendidikan global [Foto: Dok Pri]
Akan tetapi, kalau pendidikan anak-anak ini tidak terjamin, Indonesia emas dan segala hal yang tersemat di dalamnya, hanya mimpi. Kalau tidak ada gebrakan, business as usual, kita tetap perlu  waktu 128 tahun itu tadi untuk memajukan pendidikan di tanah air.

“Pendidikan Indonesia menjadi pendidikan nomor empat terbesar di dunia. Kenapa pendidikan di Indonesia masih kurang? Hal ini bukan karena bujetnya kurang. Bujetnya sudah 20% dari anggaran belanja negara dan ini termasuk besar sekali,” urai Belva.

Di tahun 2018, anggaran pendidikan negeri ini mencapai 414 Triliun. Permasalahan terbesarnya adalah tidak ada data pendidikan yang valid. “Kalau fundingnya banyak tetapi sporadis hal ini yang mengakibatkan pendidikan di Indonesia tidak fokus. Otomatis jadi sia-sia,” tutur Belva.

Apa yang bisa ditawarkan ruangguru? Learning management system yang sudah banyak dikerjasamakan dengan pemerintah daerah. Melalui sistem tersebut, siswa bisa belajar, latihan soal secara online. Guru-gurunya pun bisa memberikan pekerjaan rumah tambahan secara online. Semua kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dapat dikelola (manage) dengan online. Ruangguru menyediakan ini semua secara gratis, dan tidak menyentuh APBN maupun APBD.
 
Sistem global pendidikan terbesar [Foto: Dok Pri]
Kenapa ruangguru bisa memberikan hal ini secara gratis? Mereka harus konsisten. Karena, begitu mereka masuk, akan juga dihadapkan pada teknologi. Anak-anak sekarang lebih digitally.

Anak-anak sekarang, nonton TV juga jarang, nontonnya Youtube. Sehari-hari selalu berteman gadget (sosmed). Jadi, ruangguru juga mulai melihat adanya shifting. Dari yang tadinya belajar lewat buku dan metode konvensional. Tapi sekarang sudah melalui gadget.

Ternyata ruang guru sekarang menjadi salah satu aplikasi terbesar dan menjadi nomor tiga di Asia. Seberapa besar dan banyak siswa-siswa tersebut mendapatkan benefit dari aplikasi tersebut.

Di seluruh kota/kabupaten, ruang guru membuat beragam workshop. Jadi ruangguru ingin membuat gerakan. Gerakan, karena pendidikan di Indonesia ini tidak bisa dipecahkan oleh orang per orang saja. tetapi mesti bersatu dan bekerjasama dengan pemerintah sekolah.

Setiap sekolah bisa saja dilakukan workshop. Semisal dengan kepala sekoah, bagaimana caranya mereka memakai ruang guru, mendapatkan data, dari sistem online.

Sistem online, ruangguru ingin memberikan data yang tadinya pemerintah tidak punya, ruang guru bisa sediakan. Seperti ruang belajar mengajar. Dalam kelas tersebut mana bagian kelas yang bocor. Dalam satu kelas, murid-murid nama yang cerdas.
 
Apps ruangguru memberi kemudahan siswa dan guru dalam belajar mengajar [Foto: Dok Pri]
“Seberapa banyak siswa-siswi mendapatkan pembelajaran dari aplikasi ruanguru.com, itu yang selalu membuat kami energized,” tutup Belva.

Inilah kebangkitan anak-anak muda Indonesia dengan keinginan dan kegigihan untuk memajukan Indonesia, mereka bangkit dan berdaya untuk negara.

Baik William, Heni, dan Belva bukan berarti mereka tidak pernah terpuruk dalam menggapai apa yang dicita-citakan. Mereka bangkit dan memberikan daya untuk kemajuan anak-anak bangsa dan negara dengan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki. Bangkit dan berdayalah anak-anak muda Indonesia untuk Indonesia yang lebih jaya.

2 comments:

Anisa Deasty Malela said...

Semoga kelak anak saya Azzam bisa menjadi enterpreneur dan bisa berdayakan banyak orang, bukan hanya menjadi pegawai..

https://www.junjoewinanto.com said...

Sudah saatnya kita jadi boss untuk diri sendiri Mba. Ga mengandalkan gaji dari orang lain.