Wednesday, March 21, 2018

Outback Steakhouse Pasaraya Blok M, Outlet Baru dengan Menu-Menu Juara


T-Bone (BBQ Beef Rib) [Foto: Dok Pri]
Steak? Ya, siapa yang tak suka makanan satu ini. Daging yang dimarinasi dengan beragam bumbu dan bisa dimasak dengan permintaan sesuai keinginan pemesan. Steak telah juga menjadi salah satu makanan bangsa-bangsa Amerika dan Eropa yang mendunia, salah satunya Outback Steakhouse ini.

Bicara Outback Steakhouse tentunya bicara soal rasa. Siapapun yang pernah singgah ke gerai-gerai Outback sebelumnya, tentu akan menancap dalam rasa yang pernah tertinggal untuk diwicarakan. Seperti Outback Steakhouse yang ada di Kuningan City, Ratu Plaza, juga Pondok Indah Mall.


Outlet baru Outback Steakhouse Pasaraya [Foto: Dok Pri]

Dengan rasa yang tak akan lupa di indera pencecap, banyaknya animo masyarakat akan permintaan steak terutama di Indonesia, termasuk juga program-program CSR Outback dalam mendukung pemerataan kesempatan anak-anak Indonesia beroleh pendidikan, Outback Steakhouse membuka gerai baru di bilangan Jakarta Selatan, tepatnya di Pasaraya Blok M.

Nuansa kayu gerai baru Outback Steakhouse Pasaraya [Foto: Dok Pri]

Posisinya tepat berada di lantai dasar Pasaraya. Saat memasuki ruangannya, ambiens sejuk juga penuh staff penuh kehangatan menyambut kedatangan. Desain modern kontemporer dengan sentuhan kayu bersuasana kasual yang terinspirasi dari Great Australian Outback. Ini menjadi desain terbaru dan menjadi yang pertama kali diaplikasi di Outback Steakhouse Asia. Tujuannya tak lain untuk memberi rasa hangat dan nyaman saat pelanggan menikmati sajian steak yang mereka pesan.



Ornamen/lukisan Outback Steakhouse Pasaraya [Foto: Dok Pri]

Dalam obrolan santai saya dan teman-teman Blogger lainnya dengan Operating Partner, Bapak Budhy Soeryo, beliau mengatakan bahwa Gerai yang ada di Pasaraya Blok M ini sebagai gerai keempatnya Outback Steakhouse setelah 17 tahun kehadirannya di Indonesia.
 
Bapak Budhy Soeryo Operating Partner Outback Steakhouse [Foto: Dok Pri]
Obrolan santai saya dengan beliau yang telah bersama Outback Steakhouse selama 17 tahun pula semakin akrab. Dalam balutan busana kemeja putih dan celana bahan hitamnya, beliau begitu santai bercerita kepada saya dan teman-teman Food Blogger tentang menu-menu di Outback Steakhouse. Apa yang beliau ceritakan semakin membuat saya penasaran, penasaran bagaimana bentuk dan rasanya (hahaha… ngiler!).

“Di Outback Steakhouse ini tak hanya steak saja yang disajikan, kami juga punya core menu”, tutur Pak Budhy.
 
Core menu Outback Steakhouse Pasaraya: Typhoon Bloom [Foto: Dok Pri]
Nah, apa saja sih core menu yang ada di Outback Steakhouse ini? Sebagaimana yang Pak Budhy sampaikan, core menunya terdiri atas Typhoon Bloom. Ini adalah Ring Onion yang digoreng dengan tepung khas Outback Steakhouse yang crunchy dan menggoda. Rasa onion yang manis dipadu dengan saus semakin menambah citarasa appetizer ini. Porsinya banyak dan bisa berbagi untuk teman-teman.

Core menu selanjutnya yang disajikan untuk kami, food blogger adalah Crispy Volcano Shrimp.  Jadi, ini memang udang pilihan. Ketika indera pencecap saya coba merasakan  sensasi rasa udang yang di-breading dengan tepung khusus Outback, rasa crispy itu nyata. Udangnya terasa manis dan segar. Perpaduan rasa manis, gurih, dan crispy jadi satu kesatuan dalam mulut, membuat meleleh.
 
Core menu Outback Steakhouse Pasaraya: Crispy Volcano Shrimp [Foto: Dok Pri]
Sama dengan Typhoon Bloom, porsinya juga cukup besar dan bisa berbagi.  Pak Budhy melanjutkan pembicaraan di sela-sela saya mengambil foto dari menu-menu yang sudah dikeluarkan.

“Selain Steak, di Outback Steakhouse juga menyediakan menu lainnya, seperti pasta, fish, chicken, seafood,” tutur Pak Budhy.
 
Core menu Outback Steakhouse Pasaraya: Lemon Butter Calamari [Foto: Dok Pri]
Core menu selanjutnya yang dihadirkan adalah Lemon Butter Calamari. Sedap betul memang.  Marinasi cumi yang direndam susu. Kalau kita tidak pintar-pintar mengolah cumi, cumi akan alot saat dimakan, tetapi di Outback Steakhouse ini kebalikannya, cuminya sangat lembut dan tak berbau amis. Rasanya dapat banget di lidah saya. Topping-nya terdiri dari potongan tomat dan keju parmesan. Lantas disajikan dengan saus lemon butter. Keseimbangan rasa yang sempurna untuk saya.

Bayangkan saja, crispy calamari ini mampu menghentakkan rasa penasaran saya terhadap daging cumi yang digoreng. Mampu membuat pencecap saya berdansa ke kiri, ke kanan, atas, dan bawah. Jleeb!! Kenikmatan yang luar biasa. Outback Steakhouse mampu menghadirkan rasa terindah dalam mulut saya. Pencecap saya bergelimang calamari lembut dan begitu syahdu.

Perlahan tapi pasti, gastronomi saya mesti diatur dan ditata rapi, biar apa? Biar muat untuk menu berikutnya. Soalnya, menu yang akan dihadirkan ini adalah main course-nya Outback Steakhouse Pasaraya yang dicari-cari banyak orang. Makiiiin penasaran deh saya.


Outback Special 6 oz [Foto: Dok Pri]

Satu piring hangat dan isiannya datang tersaji di meja. Apa itu? Ya, Pk Budhy menjelaskan, ini adalah Outback Special. Outback Special ini berupa steak dengan daging sirloin yang di-season bersama  bold spices dan seared just right sesuai aturan Outback Steakhouse Indonesia.

Hmmm… daging sirloin steak yang disajikan seberat 6 oz atau setara dengan 170 grams. Selain daging sirloin, dilengkapi pula dengan blackpeper sauce, mashed potatoe, potongan sayuran segar berupa brokoli, wortel, dan zucchini (timun Jepang). Sayurannya ini masih terlihat segar dan lembut ternyata. Saya pikir awalnya itu masih mentah, begitu masuk ke pencecap saya, alamak!! Ini lembut banget.

Teknik memasak sayurnya ini ternyata tidak di blanch seperti kebanyakan sayuran di steak resto. Teknik ini yang membuat sayuran masih terlihat segar, tampak hijau, dan dimakan begitu lembut serta terasa crunchy-nya. Ya, seluruh sayurannya melalui peng-oven-an. 

Sebelum di-oven, seluruh sayuran diolesin butter lantas di oven. Tambahan menu pula ada Yellow sweet potatoe shredded.  Serutan ubi jalar kuning yang digoreng kering. Aduuh maak,  ketika potongan daging steak disiram blackpepper saus, meleleh… meleleh… meleleh pencecap saya.  Daging yang dimasak medium well ini benar-benar sempurna dan menerbitkan selera.

Kesempurnaan rasa yang tiada duanya. Mashed potatoe-nya ngeblend dengan campuran bahan-bahan lainnya, lembut, tidak buyar, dan tidak kasar. Salted, liquid milk, dan pepper, bersatu membentuk cita rasa yang mampu memanjakan lidah.
 
Sirloin telah lenyap dari piring saji, kini hadir Seasoned and Seared Prime Rib 8 oz. Ya, tenderloin steak dengan berat setara 225 grams. Daging tenderloin yang dimasak dengan 18 bumbu spesial Outback memang tak ada tandingannya. Ini yang membuat daging tenderloin yang dimasak medium well semakin  memberikan cita rasa.  Dagingnya tetap lembut dan nikmat.
 
Seasoned and Seared Prime Rib 8 oz [Foto: Dok Pri]
Specialnya Seasoned  and Seared Prime Rib 8 oz ini adalah disajikan dengan Potatoe yang di-oven dengan suhu 360 derajat diberi cheese dan butter. Ada proses penggaraman tersendiri yang terjadi dari campuran cheese dan butter tersebut. Potatoe yang dihasilkan dari suhu oven 360 derajat itu terasa  lembut dan gurih. Beef bacon yang dipanggang pun  renyah dan crunchy.

Cita rasa sayurannya tak berubah meski di  oven tetap  terlihat segar dan  enak. Baluran butter di sekujur sayuran memberikan rasa tersendiri. Prime Rib membuat lidah tak berhenti mengunyah, iris lagi, iris lagi.

Selanjutnya, untuk penggemar ikan di kelasnya, Outback Steakhouse punya menu yang sangat ciamik. Ya, Firecracker Salmon. Daging ikan salmon yang di-bake dengan 18 bumbu rahasia Outback mengeluarkan  rasa yang tak akan pernah hilang dari ingatan. Berpadu dengan potongan mangga (mango salsa), shallot dan bumbu-bumbu lainnya. Owwhh… !!
 
Firecracker Salmon [Foto: Dok Pri]
Salmonnya, daging oranye salmon membangkitkan gairah rasa tersendiri saat dirobek. Lapisan-lapisan daging yang matang lembut sempurna. Rasa yang memikat lidah untuk terus merobek lapis demi lapis firecracker salmon ini. Apalagi mango salsa saucenya. Ada tumpukan manis, asam, segar yang membelalakkan mata saat dikunyah. Bagaimana bisa suguhan ini dihentikan begitu saja. ludes tak berbekas dari saya. Pun begitu, tetap masih ada ruang kosong di gastronomi saya.


Ternyata, tak hanya steak (beef) saja yang tersaji di Outback Steakhouse Pasaraya ini. Untuk Anda yang tidak makan beef, atau memang pencinta ayam sejati, jangan khawatir. Ada lho menu ayam. Nah, menu ayam yang tersaji dalam platting-an cantik untuk saya ini bernama Ranchero Chicken. Berbahan dasar daging ayam tanpa tulang yang di grill dan disajikan bersama mashed potatoe dengan  topping lemon butter sauce, pico de gallo dan ranch dressing, juga di serve dengan cabbage slaw.
 
Ranchero Chicken [Foto: Dok Pri]
Ayam grilled-nya, matang sempurna, lembut, dan tak berbau amis.  Lemon butter sauce-nya seimbang ketika potongan ayam saya coba satukan. Mashed potatoe-nya juga lembut dan menyatu dengan bumbu rahasia Outback Steakhouse Pasaraya ini. Nah, cabbage slaw-nya ini yang membuat saya ketagihan. Rasanya crunchy dan segar. Saya yakin, untuk Anda yang tak suka sayuran, makan cabbage Ranchero Chicken bersama Cabbage Slaw justru jadi semakin suka dan nagih. Cara baru mencicipi ayam di Outback Steakhouse ini begitu saya sukai.

Selain Ranchero, masih dalam menu ayam, yaitu Kookaburra Wings.  Ini merupakan best seller untuk kategori ayam di Outback Steakhouse. Sayap ayam yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan rasa yang berbeda.  Besama celery dan cool creamy blue cheese dressing kenikmatan yang luar bisa singgah di peraduan  pencecap dan masuk ke gastaronomi saya lebih dalam.  Setiap gigitan kookaburra memberikan nilai-nilai kenikmatan yang mampu diterjemahkan Outback Steakhouse kepada pengunjung.
 
Kookaburra Wings [Foto: Dok Pri]
Kookaburra ini sejenis burung (kingfisher) yang berada di daratan Australia dan New Guinea.  Kalau di Indonesia, dikenal dengan nama Burung Pekaka. Menurut penuturan Pak Budhy, Kookaburra ini berarti burung kecil. Lupakan burung kecil  yang mampu memberikan kenikmatan ini. Saya mau melanjutkan ke Best Seller menu  yang paling ditunggu dan dicari banyak orang, yaitu BBQ Beef Rib (T-Bone).

Woaah… begitu melihat menu ini keluar tatapan mata saya tak berkedip. Tiga potong rib yang sudah dibumbui, di-boil, dan di bake bercita rasa aduhai ini membuat saya bangkit dari tempat duduk.  Bagaimana tidak, dari  jauh saja sudah menggoda, begitu  dilihat secara dekat, ingin langsung dilahap. Biasa, ritual  kami sebagai food blogger mesti difoto-foto dulu.
 
BBQ Beef Rib (T-Bone) [Foto: Dok Pri]
Yes, rasanya… perpaduan 18 macam bumbu dari seluruh dunia itu menyatu padu dalam gigi geligi saya. Merasakan “cubitan demi cubitan” bumbu dan sensasi filet tenderloin yang benar-benar juicy taste. Empat potong T-Bone itu seberat 18 oz setara dengan 510 gram. French fries dan cucumber pickles-nya menambah nikmat suasana. 


Dua teman saya Food Blogger Mas Rahab Ganendra/Boss Madyang (atas) dan Mba Agatha Mey (bawah) sangat excited ketika menikmati T-Bone yang Best Seller punya Outback Steakhouse ini [Foto: Dok Pri]

French friesnya lembut tetapi tak begitu terasa salted. Pickle yang direndam dengan gula merah dan cuka, memberi rasa sour yang harmonis di lidah. Bagaimana saya mau berpaling rasa ke yang lain, T-Bone ini telah memikat cintanya ke dalam setiap relung syaraf pencecap saya. Kenikmatan hakiki ini yang tak terbantahkan untuk BBQ Beef Rib ini sepanjang sajian Outback Steakhouse Pasaraya.

Rasa-rasanya bagaimana kalau makan tak minum, seret pastilah ya. Nah, untuk melepaskan  dahaga  yang memuncak ini, saya pesan Cherry Limeade. Warnanya itu yang buat saya tergoda untuk menikmati sensasi rasa yang dikeluarkan. Woaaah… apa yang saya bayangkan nyata terjadi. Sweet cherries, tart lime, and sparkle of Sprite team up for this thirst quencing summery drink. Pokoknya, ini minuman recommended banget.  Duuh… rasanya bak menjejakkan  kaki di negeri awan yang penuh dengan bunga-bunga berwarna-warni.  Mampu membalut romantisme dengan warna pinky yang dikeluarkannya. Ahaaa… berasa abegeh saya kalau minum Cherry Limeade ini. Hahahaha…
 
Cherry Limeade [Foto: Dok Pri]
Last but not least…

Pak Budhy benar-benar men-serve saya dan teman-teman Food Blogger tak tanggung-tanggung. Padahal gastro ini sebenarnya sudah menolak untuk diisi, tapi apa daya… ketika Chocolate Thunder from Down Under yang jadi Best Seller dessert Outback Steakhouse ini keluar, mana tahaaaan! 

 
Chocolate Thunder from Down Under [Foto: Dok Pri]
Apalagi ya, cuaca di luar lagi panas-panasnya. serasa bagaimana gitu, ketika Chocolate Thunder ini masuk ke mulut, nyeeessss bangeeet.  An extra generaous pecan brownie topped with rich vanilla ice cream, drizzled with warm chocolate sauce and finished with chocolate shaving and wipped cream, alamaaak… makin nyeessss.. Hati yang tadinya hampa, terisi sejuuuuk banget.  Apalagi disuapin oleh  your dearest, beeuh makin meleleh.

Masih dari cokelat, dessert baru dari cokelat di Outback Steakhouse Pasaraya  pun hadir di meja saya dan  teman-teman food blogger, apa itu? Chocolate Chip Skillet Cookie.  Jadi, ini kue cokelat besar dengan chip yang disajikan dalam satu wadah, ditutup  dengan es krim vanila, saus cokelat hangata dan daun mint segar.  

 
Chocolate Chip Skillet Cookie [Foto: Dok Pri]

Melting banget dan memenuhi rongga mulut saya. Rasanya light dan manisnya pas.  Ini yang membuat chipnya broken perlahan-lahan dan kelembutannya terasa membuyarkan gigi geligi. Aaah Outback Steakhouse Pasaraya  membuat saya ingin kembali.

Nah, gerai baru Outback Steakhouse Pasaraya ini telah dibuka oleh  Chairman Outback Steakhouse Southeast  Asia, Bapak Prasoon Mukherjee dan Bapak Gregor Hadi Nitihardjo, selaku National Director  SOS Children’s Villages Indonesia.

Outback Steakhouse Pasaraya juga menyediakan menu untuk anak-anak dan mereka bisa memilih sesuai porsi mereka.


TENTANG  OUTBACK STEAKHOUSE
 

Outback Steakhouse hadir mengusung konsep casual dining dari Amerika yang ada di lebih dari 1.000 lokasi dari 23 negara. Pertama kali beridir di Tampa, Florida pada 1988. Setiap restoran punya tempat yang nyaman, casual, dan santai yang menggambarkan pedalaman Australia dengan cita rasa makanan lezat, pelayanan terbaik, dan staf penuh perhatian.

Outback Steakhouse pertama kali buka di Indonesia pada 2001 di pusat perbelanjaan Ratu Plaza, Jakarta. Selama 17 tahun, Outback Steakhouse menyajikan menu  berkualitas terbaik, porsi memuaskan, juga mengutakaman kepuasan pelanggan. Suasana yang nyaman membuat Outback Steakhouse jadi pilihan banyak orang. Selain menu steak dan daging lainnya dengan porsi memuaskan, Outback Steakhouse juga menawarkan hidangan lain seperti ayam, makanan laut, dan pasta. Di Indonesia, selain restoran yang baru buka di Pasaraya Blok M dan Ratu Plaza (dibuka pada 2001), Outback Steakhouse juga memiliki dua restoran di Pondok Indah Mall 1 dan Kuningan City Mall.

Outback Steakhouse di Amerika terpilih sebagai steak terbaik nomor satu pada Zagat Survey  of National Restaurant  Chains, dan bertahan selama empat tahun berturut-turut dari 2009—2012.

Outback Steakhouse juga mendukung program SOS Children’s Villages sebagai organisasi sosial nirlaba nonpemerintah yang aktif mendukung hak-hak anak dan berkomitmen memberikan  anak-anak yang telah atau berisiko kehilangan pengasuhan orang tua kebutuhan utama mereka, yaitu keluarga dan rumah penuh kasih sayang.

SOS Children’s Villages di Indonesia sudah ada sejak 1972. Agus Prawoto seorang tentara yang sedang bertugas di Austria, seketika jatuh hati dengan program pengasuhan ini. Dia lalu mendirikan village pertama di Lembang, Bandung pada 1972. Diikuti Village kedua di Cibubur pada 1984, dan  Village ketiga di Semarang. Village keempatnya ada di Tabanan, Bali pada 1991. Village kelima, keenam, ketujuh, dan kedelapan dibangun atas dasar respons dari bencana Tsunami Flores dan Aceh. Village di Flores berdiri pada 1995, sedangkan ketia sisanya didirikan pada 2004 di Banda Aceh, Meulaboh, dan Medan. Saat ini, SOS Children’s Villages Indonesia tersebar di 8 Villages dari Banda Aceh hingga Flores.

Untuk Anda yang ingin menikmati Outback Steakhouse Pasaraya, alamat lengkapnya sebagai berikut.

Alamat: Jalan Iskandarsyah II No. 2 Blok M, Jakarta Selatan
Telepon: 021-7226073
Jam Operasional: Setiap hari 11.30 am -10.30 pm
Kapasitas: 108 tempat duduk
Lokasi: Lantai dasar
Buka: Sejak Maret 2018

Nah, ini nih, Outback Steakhouse lagi ada special opening promo hanya di Outback Steakhouse Pasaraya
Opening promotion –Rp300 million Steak Giveaway!
Buy 1 get 1 free on signature Outback Speial steak for first 1.000 orders only!
Citybank Prom
      Buy 1 get 1 every Wednesday, and 50% off for next visit for Citibank Credit Cardholders.

Jadi…. Tunggu apalagi, go ahead guys!
 
18 macam bumbu Outback Steakhouse dari seluruh penjuru dunia [Foto: Dok Pri]

Wednesday, March 14, 2018

Ini Dia Hunian Nyaman Paling Dicari Saat Ini #AsyiknyaDibayarin



Prajawangsa City, investasi masa depan [Foto: Dok Pri]
 Hunian dan investasi  kini jadi hal penting dari perkembangan satu kota. Apalagi kota metropolitan, seperti Jakarta. Jakarta semakin maju dan berkembang, baik secara luas maupun kepadatan kota, membuat warga maupun pendatang di Jakarta perlu moda transportasi dan tempat tinggal layak huni untuk menghindari kemacetan.

Untuk banyak pemerintah di dunia, transportasi, hunian, dan investasi menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan perkotaan. Masyarakat urban perlu fasilitas untuk beragam aktivitas, seperti akses cepat ke tempat kerja, ruang huni nyaman dan bebas macet, atau tempat tinggal (pemukiman) layak dan nyaman. Terpenting lagi urusan transportasi yang cepat, lancar, serta nyaman untuk tiba di tempat kerja masing-masing.
Kemacetan di kota besar membuat orang memilih untuk tinggal di dekat sarana transportasi [Foto: Dok https://yourstory.com/]
Untuk pemerintah sendiri, khususnya DKI Jakarta, urusan transportasi publik jadi hal yang sangat mendesak untuk segera diselesaikan, mengingat dampak yang dibawa serta menyangkut banyak aspek kehidupan warganya. Transportasi yang jelek menyebabkan munculnya banyak keluhan untuk ibukota Jakarta ini. Hal ini dapat pula memberi efek negatif terhadap iklim investasi.   
Prajawangsa City Apartement menerapkan standar hijau [Foto: Dok Pri]
Saat ini, iklim investasi di kategori strata title menjadi incaran.  Salah salah satunya adalah Prajawangsa City Apartement sebagai proyek eksklusif dari PT Synthesis Development. Tentang Prajawangsa City ini, pada Sabtu (10/03/2018), bertempat di Main Atrium Mall @Bassura, Jalan Basuki Rahmat No. 1A, Jakarta Timur, saya dan beberapa rekan blogger berkesempatan untuk ikut bincang siang  tentang Aksesibiitas Transportasi & Investasi Properti sebagai Keunggulan Hunian.
Ahmad Gozali, Pakar Keuangan dan Investasi juga penulis buku [Foto: Dok Pri]
Hadir di tengah-tengah Bincang tersebut narasumber, Ahmad Gozali (Pakar Keuangan dan Investasi,)  Yoga Adiwinarto (Country Director ITDP, Institute for Transportation and Development Policy), dan Asnedi (Property Consultant Synthesis Development. Dipandu oleh MC kocak,Jhody.

Jhody, MC Bincang Sore di Mall of Bassura [Foto: Dok Pri]

Dalam keterangannya, Mas Yoga mengatakan, “ Angkutan massal mesti dekat dengan hunian. Selanjutnya, aksesnya juga memberi kemudahan untuk hunian.  Jika aksesnya sulit,  tentunya orang tidak akan mau menjangkau hunian.” 
Yoga Adiwinarto, Country Director ITDP [Foto: Dok Pri]
Sebagaimana kita kita  ketahui, banyak  orang-orang bilang bahwa di Jakarta ini trotoar tidak ada. Trotoar dibuat bagus, akses orang untuk  melaluinya berkurang.  Menurut Yoga, lebih dari 40% orang PNS di Jakarta mengalami obesitas. Jadi, kita memang masih kurang dalam hal jalan. Panjang jalan yang ada hanya 6.900 tapi untuk trotoarnya masih 510 m, kurang dari 10%-nya. Makanya, sedikit-sedikit orang lebih memilih naik kendaraan online atau taksi. Yoga sendiri sempat melakukan survei  dengan salah satu aplikasi, mulai dari berjalan kaki dan naik bus  untuk tahu panjang jalan.

Mestilah ya setiap pengembangan hunian mengacu pada hal ini, shifting the car-oriented to people-oriented city. Ini menjadi satu keharusan, agar calon penghuni di satu hunian dapat dengan mudah mencapai aksesibilitas transportasi. Adanya prioritas bagi pesepeda, pejalan kaki, dan akses angkutan umum. Dengan begitu, orang-orang yang akan tinggal di hunian tersebut merasa nyaman. Shared mobility yang cukup mudah dan membuat nyaman akan jadi pilihan. Begitu pula hunian yang dikembangkan dengan sistem TOD (Transit Oriented Development).

Menurut Yoga, prinsip  yang mesti dibentuk dalam pembangunan satu kota  yang menunjang equitable itu mesti ada keterhubungan (connect), compact (terpadu), densify (kepadatan), transit (lintasan/pengangkutan), mix (campuran), shift (pergantian), cycle (putaran), dan walk (jalan). Konsep TOD inilah yang dikembangkan Prajawangsa City untuk memenuhi keinginan penghuni agar nyaman.

Pun kalau saya pribadi, tentunya memilih hunian dengan tingkat kemudahan akses menjadi prioritas. Karena itu, hunian yang dekat dengan angkutan umum sudah tentu menjadi andalan dan sangat dicari. Prajawangsa City pun demikian halnya. Akses angkutan umum yang mudah inilah yang bakal dicari orang. Nah, seperti yang diutarakan Yoga, bahwa 52% (6,7 juta) warga Jakarta ternyata tinggal di area radius 1 Km dari stasiun Transjakarta.

Artinya,  orang-orang memang memilih hunian yang dekat dengan akses transportasi. Hal ini untuk menyingkat waktu perjalanan dan kenyamanan tentunya. Prajawangsa City memberikan hunian yang dekat dengan akses transportasi. Menciptakan hunian yang ramah untuk penghuninya (baca manusia). Ukuran blok yang dibuat tak terlalu besar dan sudah disesuaikan, memberikan ruang untuk  pejalan kaki secara kontinu, jalur sepeda dan tempat parkir sepeda, menerapkan hunian yang mixed use/mixed income, akses untuk masuk mobil ada tetapi terbatas, dan mengurangi lahan parkir.

Nah, melihat apa yang terjadi saat ini, trotoar di Jakarta hanya 7,8% dengan panjang 540 kilometer (untuk DKI Jakarta di 2015). Parahnya lagi, dengan keadaan seperti ini, setiap enam hari 1 orang pejalan kaki tewas di Jakarta sedangkan langkah per hari rata-rata jumlah  orang Indonesia hanya 3513. Sementara, panjang jalan di DKI Jakarta pada 2015, hanya 6956 kilometer, kandungan partikel polusi udara itu lebih dari 125 micron/meter kubik, dan penyandang obesitas lebih dari 40% adalah PNS di Jakarta. Miris!

Kita tahu bahwa generasi muda sekarang yang dikenal sebagai generasi milenial atau ‘Jaman Now’ punya  populasi paling besar dan sangat produktif. Mereka hadir di tengah-tengah dunia di atas tahun 1980-an hingga 1997 akrab dengan nama millenial sebagai generasi yang pernah  melewati milenium kedua sejak teori generasi ini dihembuskan untuk pertama kalinya oleh Karl Mannheim seorang sosiolog pada 1923.
Ahmad Gozali mengemukakan, generasi muda sekarang ini memang lebih terbuka tentang keuangan dibanding generasi sebelumnya. Akan tetapi, mereka tidak paham mengenai investasi. Dan dipastian, 83% mereka tak mampu membeli rumah. “Hanya 10% yang bisa menyisihkan penghasilannya untuk ditabung, belum diinvestasi,” ucapnya.
Ahmad Gozali, selain sebagai perencana keuangan yang dicari di Indonesia dengan jam terbang tinggi, berbicara tentang financial planning, keuangan keluarga, investasi, asuransi, dan keuangan syariah. Dia juga sebagai penulis buku ‘Habiskan Saja Gajimu”, “Magnet Rezeki,” lainnya.

Dalam paparannya, Gozali mengatakan bahwa generasi muda sekarang sebagai milenial berbeda dengan generasi old (generasi zaman dulu). Kalau generasi zaman dulu ada tiga hal yang dipikirkan, yaitu sandang, pangan, dan papan. Sementara, generasi milenial (generasi zaman now), pertama yang mereka cari adalah jaringan.
Setelah jaringan, berlanjut ke colokan. Ya, betapa mereka lebih mengutamakan gaya hidup dengan uang yan pas-pasan. Selanjutnya sandang, penampilan lebih dipentingkan. Pangan, nongkrong di kafe atau resto, lalu upload foto bareng makanan dan selfie atau wefie.

Sementara papan, ada di bagian akhir. Milenials tak begitu memikirkan kapan mereka punya rumah, kapan bisa berinvestasi. Mereka berpikir, bisa tinggal bersama orang tua, mungkin  juga kos, atau ngontrak. Berpikir untuk berinvestasi itu masih jauh.

Mengapa millenials tidak mampu mendapatkan rumah? Bayangkan saja, rata-rata kebanyakan mereka anak-anak SMA. Kalau pun bekerja, gaji yang diterima untuk bisa menyicil rumah di Jakarta dengan harga 300 juta, setidaknya Rp7,5 juta per bulan.

Ini dengan asumsi, gaji batas atas dikisaran angka Rp12,10 juta atau batas bawah Rp3,8 4 juta. Diprediksi, hanya 17% generasi millenials yang mampu membeli rumah di Jakarta seharaga 750 juta di tahun 2021, sisanya 83% mencari di luar Jakarta.

Nah, saran untuk siapapun perlu melakukan tiga hal ini. Pertama, punya aset likuid berupa tabungan, deposito, dan produk perbankan lainnya untuk menjaga cadangan likuiditas dan kebutuhan transaksional. Kedua, bisnis dan pasar modal. Modal bisnis sendiri atau bisnis orang lain melalui pasar modal dalam betuk investasi saham dan reksadana. Ketiga, aset tetap. Investasi dalam bentuk aset riil seperti properti dan emas.

Nah, kalau mau investasi di bidang properti, ada tiga hal pula yag mesti dipahami dengan nama 3C in Property Investment. Pertama, Cashflow, rata-rata nilai sewa 8%--11% dari harga properti. Kedua Capital Gain, rata-rata harga naik 7,71% properti kelas bawah jabodetabek Banten. Ketiga Collateral, nilai agunan properti 80% dari nilai pasar atau appraisal.

Bagaimana cara investasi  yang benar? Menurut Gozali, ada dua hal yang perlu diketahui, yaitu cara KANAN/benar kelola uang: invest RIGHT after you get your income. Dan cara KIRI (kere) kelola uang: Invest what LEFTfrom your income
Asnedi, Property Consultant, Synthesis Development [Foto: Dok Pri]
Nah, kini untuk berinvestasi millenials sangat dimudahkan dengan kehadiran Prajawangsa City. Asnedi sebagai Property Investment Advisor Synthesis Developmet, pakar ahli di bidang property  selama 15 tahun dan investor properti memberikan gambaran terhadap generasi millenials.

Untuk  berinvestasi mereka punya beberapa kendala, yaitu dari sisi pembayaran uang muka (down payment), rumah atau apartemen (dihadapkan pada pilihan), legalitas (bagaimana jika berinvestasi di properti/apartemen dengan kesahan dokumen), kebanyakan referensi jadi bingung sendiri, dan persyaratan bank yang tidak memenuhi.

Menurut Asnedi, bila generasi millenials berinvestasi sejak dini, justru mereka akan memetik keuntungan yang lebih besar. Millenials sebagai usia produktif punya banyak waktu untuk belajar dan mengembangkan investasinya.

Investasi yang mereka tanamkan sebagai penyelamat masa depan mereka. ketika sudah tidak produktif lagi untuk bekerja dan menghasilkan uang, investasi mumpuni menyelamatkan kondisi finansial seseorang.

Investasi yang mereka lakukan sebagai upaya untuk mewujudkan impian jangka panjang. Ingin punya mobil da rumah sendiri, atau menikah di venue yang diimpikan, semua akan terwujud ketika mereka punya investasi  di usia muda.

Investasi itu mendisiplinkan diri. Ketika mereka mulai berinvestasi  maka kebiasaan menghamburkan uang untuk sekadar memenuhi keinginan gaya hidup mewah dan beli barang  tak berguna, mulai terkikis.

Memiliki kebebasan finansial tentu jadi cita-cita semua orang. kebebasan finansial dapat didefinisikan sebagai fase tempat uang bekerja untuk kita atau passive income. Kehadiran Prajawangsa City dapat memberikan kemudahan millenials berinvestasi. 

Prajawangsa City Apartement Superblock mix use yang modern cocok untuk investasi generasi millenials [Foto: Dok Pri]
Prajawangsa City Apartement merupakan superblock mix use development modern yang dibangun di atas lahan seluas 7 ha dengan 50% area hjau untuk taman & jogging track. Berada di Cijantung yang dekat dengan kaum urban tinggal dan bekerja.

Didukung pula dengan lokasi yang dekat CBD TB Simatupang, hanya 15 ment.
Nah, Prajawangsa ini sebagai proyek apartemen eksklusif terbaru dari PT Synthesis Development yang terdiri atas 8 tower dengan jumalh 4.169 unit apartemen 26 lantai per tower. Shopping tower mall seluar 35000 sqm, gree & open space 3,5 ha, dan jogging track 1 km.

Tentunya Prajawangsa City Apartemen punya banyak kelebihan dengan harga kompetiti di Timur Jakarta (di bawah market place), pangsa meliputi ekspatriat juga lokal, fasilitas internal dan eksternal yang lengkap meliputi apartemen, mall, ruko, dan RS. St. Carolus; ada fasilitas pendidikan berupa Yayasan Sudirman, Slamet Riyadi Pangudi Luhur, dan lainnya; Fasilitas kesehatan: RS. Pasar Rebi, RS. Harapan Bunda, dan RS. Bina Waluya; Kawasan pabrk di Cijantung dan pusat perkantoran CBD TB Simatupang.

Terdapat shuttle bus ke Stasiun LRT Kampung Rambutan. Yang paling dicari lagi dekat dengan Bandara Halim Perdana Kusumah (11 Km 30 menit), ke TMII hanya 13 menit berjarak 5.6 Km; 8,8 Km ke Stasiun Tanjung Barat dengan waktu tempuh hanya 19 menit. 14 menit (6 Km) ke Terminal Kp. Rambutan, dan 20 menit (6,1 Km) ke terminal Busway Pinang Ranti.

Nah, dengan 5 juta rupiah, selama promosi hingga akhir Maret, bisa tinggal di Apartement Bassura Citu selama tiga tahun itu dibayarin lho sama Prajawangsa City. #AsyiknyaDibayarin kan hari gini. Tiga tahun tinggal di Bassura City bebas  servis lagi. 
Narasumber, Foto Bersama [Foto: Dok Pri]
Saya bilang sih ini worth it banget ya. 5 juta rupiah, bisa dapat apartemen, terus kontrakan kita dibayarin selama tiga tahun, aduh ini namanya kenikmatan hidup. Kalau saya tak perlu pikir panjang kali lebar, hari ini juga sudah saya booking hanya 5 juta. Kesempatan kan tidak datang dua kali yaa… makanya, begitu saya dapat kabar ini, langsung hari itu  juga book, ga pake lama lagi urusannya.

Akhirnya,  investasi dapat, tempat tinggal pun diperoleh dan ga mikir biaya ini itu lagi. Tiga tahun bisa kumpulin uang lagi buat yang lain-lain. Ayoo… kita jadi tetanggaan di Prajawangsa City Apartement sebelum kehabisan.