Sunday, July 29, 2018

Lemonilo Ciptakan Gaya Hidup Sehat Bersama Makanan Sehat Mie Lemonilo Sekaligus Gandeng Pengusaha Kuliner Ibukota


 
Mie Lemonilo, Mie Sehat bebas pengawet [Foto: Dok Pri]
Mencecap ragam kuliner Indonesia sepertinya tak akan ada habis-habisnya. Ada saja menu-menu baru bermunculan. Entah itu menu kelas resto maupun menu kelas bintang lima.

Patut diapresiasi, bahwa keberadaan kuliner Indonesia telah menjadi pembicaraan panjang tak hanya di dalam negeri, tetapi merambah hingga mancanegara.Tak ayal memang, negeri ini kaya bahan pangan lokal berkelanjutan yang diproduksi dari bahan-bahan asli Indonesia.

Bahan-bahan tersebut mampu memberikan cita rasa berbeda di lidah penikmatnya. Oleh karenanya, kuliner Indonesia menjadi salah satu tradisi kuliner yang paling kaya di dunia, penuh cita rasa yang kuat. Kekayaan jenis masakannya merupakan cermin keberagaman budaya dan tradisi Nusantara yang terdiri atas 6.000 pulau berpenghuni, dan menempati peran penting dalam budaya nasional Indonesia secara umum.

Hampir seluruh kuliner Nusantara kaya bumbu yang berasal dari rempah-rempah seperti kemiri, cabai, temu kunci, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, juga gula aren. Pun diikuti penggunaan teknik-teknik memasak menurut bahan dan tradisi-adat yang terdapat pula pengaruh melalui perdagangan yang berasal dari, seperti India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa.

Dari perdagangan yang dilakukan antarnegara, bisnis kuliner pun berkembang pesat. Bisnis kuliner tidak akan pernah ada matinya. Ini menjadi bisnis yang sangat menjanjikan di Indonesia. Apalagi di Jakarta yang menjadi pusat dari seluruh kegiatan bisnis negeri ini.

Setiap hari, ada saja orang yang datang dan makan ke berbagai tempat, mulai dari resto hingga dagangan kaki lima. Bayangkan saja, dari hasil penelitian Jakarta Dining Index dan Qraved dikatakan bahwa penduduk Jakarta setiap tahun mengunjungi restoran hingga 380 juta kali dan mengeluarkan uang hingga US$ 1,5 miliar setara dengan Rp21,4 T.

Hal tersebut didukung pula dengan bertumbuhnya resto kelas menengah dalam kurun waktu lima tahun  yang meningkat pesat hingga 250%. Jadi, jangan heran kalau di Jakarta punya banyak pilihan resto (berdasarkan data Market Access Secretariat Global AnalysisReport).

Di Indonesia, makanan dan budaya tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling terkait. Kita tidak dapat bicara tentang budaya secara menyeluruh tanpa mempelajari kebiasaan makan dan makan orang-orang dalam budaya itu sendiri. Memahami kebiasaan makan Indonesia sangat penting untuk memahami budaya Indonesia.

Tidak ada tempat yang lebih benar daripada di Indonesia, negara terbesar keempat di dunia, sebuah kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 pulau, mencakup seperdelapan dunia dan ditempati oleh sekitar 490 kelompok etnis.

Bangsa Indonesia  adalah bangsa yang memang  kaya jenis makanan dan cara makan. Setiap subkultur di Indonesia punya jenis makanan sendiri, serta cara makan yang unik termasuk menu dan waktu makan. Sepanjang sejarahnya, awal Indonesia mengalami kedatangan banyak makanan dari daerah terdekat, sebagian besar datang melalui Asia Tenggara dan Semenanjung Malaya, serta jauh dari tanah air seperti India, Cina, bahkan Timur Tengah.

Gaya hidup dan pola makan orang Indonesia juga banyak dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan makanan dari luar negeri, seperti budaya Barat untuk makan roti atau sereal di pagi hari. Daratan Asia seperti Cina, berupa mie. Seiring bergulirnya waktu, orang datang dan pergi meninggalkan pengaruh pada budaya Indonesia yang akhirnya bergeser sedikit demi sedikit.

Bagaimana kulinaria Indonesia didefinisikan? Bisa jadi, tidak ada jawaban yang sederhana. Jika kita meminta orang Indonesia untuk menamai “masakan Indonesia,” mereka akan kesulitan menyebutkan satu hidangan. Jawabannya hampir selalu mengacu pada kelompok etnis atau wilayah tempat asal makanan tersebut berasal.

Hal ini mempengaruhi gaya hidup masyarakat  Indonesia itu sendiri. Nah, apakah banyak restoran yang menawarkan gaya hidup sehat untuk masyarakatnya dari makanan yang dibuat? Saya yakin, jawabannya sangat terbatas. Kalaupun ada, harganya relatif mahal. Otomatis, akhirnya banyak tawaran datang dari berbagai restoran yang menyajikan makanan cepat saji (junkfood).

Dari makanan sendiri menurut  Kementerian Kesehatan dilaporkan bahwa pada 2016, warga Jakarta ada di urutan pertama untuk angka obesitas (39,7%) berdasarkan data Renstra Kemenkes 2015-2019. Ini 2,5 kali lebih besar dibandingkan angka obesitas di NTT yang hanya 15,2%.
 
Lemonilo dengan beragam produk [Foto: Dok Pri dalam Lemonilo]
Ketua bidang organisasi dan sistem informasi kelembagaan PB IDI, Dr. Mahesa mengatakan bahwa hal itu disebabkan kebiasaan dan pola makan orang Jakarta yang hobi mengonsumsi makanan tidak sehat (junk food), stress dan kurang aktivitas fisik.

Untuk menjawab hal ini pada Kamis (19/07/2018) bersama rekan-rekan Food Blogger, saya menghadiri “Lemonilo Menggagas Gerakan Café & Ropang Sehat Bersama Pengusaha Kuliner Ibukota”. Bertempat di What’s Up Café, Tanjung Duren Barat, Jakarta Barat.
 
Tim Lemonilo [Foto: Dok Pri dalam Lemonilo]
Nah, siapa yang tidak atau belum kenal Lemonilo? Kalau belum kenal, ayo kita kenalan dulu ya. Lemonilo itu  salah satu brand berbasis teknologi, lebih tepatnya healthy lifestyle ecosystem yang menghadirkan beragam produk alami dan terjangkau untuk segala kebutuhan yang bebas dari 100+ bahan sintetis berbahaya, bermitra dengan UKM dari seluruh Indonesia. Lemonilo punya  misi membantu masyarakat Indonesia menjadi lebih bahagia dan produktif, dengan menjalankan hidup sehat yang mudah dan terjangkau.

Bicara Lemonilo yang bermitra dengan UKM, Lemonilo punya tiga alur ekosistem lho. Pertama, menjadi satu-satunya curated marketplace di Indonesia. Lemonilo memastikan bahwa semua produk yang ditawarkan alami dan sehat dikonsumsi. Kedua, Lemonilo juga turut membantu mitra UKM  melakukan optimalisasi produksi. Ketiga, sebagai hasil dari penggabungan kekuatan teknologi dan sumber daya UKM, terciptalah berbagai produk alami dan terjangkau yang menjawab kebutuhan pasar, di bawah bendera Lemonilo.
 
Lemonilo bermitra dengan UKM [Foto: Dok Pri dalam Lemonilo]
Nah, kalau kalian punya UKM, bisa lho bergabung di Lemonilo dengan mengikuti semua prosedur yang diberlakukan. Jika prosedur sudah dilengkapi, jualan deh di Lemonila.

Lemonilo saat ini sedang gencar lho melakukan Gerakan Café & Ropang Sehat. Gerakannya itu dimulai dari menawarkan menu mie sehat dengan bahan-bahan alami dan harga terjangkau. Mie-nya pun bebas dari bahan pengawet, pewarna, juga  MSG. Kalian juga bisa lho pantengin akun media sosialnya (Instagram @lemonilo) untuk intip-intip apa event yang bakal digelar lagi dengan mengangkat pola hidup sehat.

Owner What's Up Cafe (kiri jilbab), CEO Lemonilo (kaos bertulis Lemonilo), President Lemonio (kaos putih), dan Marketing What's Up Cafe (Baju berbahan Jeans) menandai "Gerakan Cafe & Ropang Sehat dengan pemukulan panci" di What's Up Cafe [Foto: Dok Pri]
Pojok lain What's Up Cafe {Foto: Dok Pri]
Gerakan Hidup Sehat Lemonilo ini dimulai dari What’s Up Café ternyata. Mengapa What’s Up Café? Karena, café  ini ternyata dalam susunan menunya menjual salah satu makanan berbahan dasar mie sehat dari Mie-nya Lemonilo. Jadi, makan mie Lemonilo di What’s Up Café tetap sehat karena bahan dasarnya juga sehat.

Selain itu, What’s Up Café juga punya 12 cabang yang tersebar di beberapa tempat. Ada pula Departement od Juicetice, Warung Overtaste, Farmer’s Bowl, Roti Eneng, Kolari Coffee, dan  Medfit.
 
Shinta Nurfauzia, CEO Lemonilo (kiri) dan Ronald Wijaya (kanan) [Foto: Dok Pri]
Dalam kesempatan ini pula, Shinta Nurfauzia selaku CEO Lemonilo menyampaikan satu harapan, dengan adanya menu sehat di tempat-tempat yang sebelumnya tidak ada menu sehat dapat membantu masyarakat Indonesia memulai pola hidup sehat yang lebih sehat secepatnya. Harga menu di tempat-tempat tersebut sangat terjangkau, dari harga 18 ribu rupiah, sehingga siapapun bisa menikmati.

Oya, peserta gathering juga disuguhkan bagaimana Adelia Izza membuat Mie Lemonilo Peanut Butter sebagai dasar campuran mie dengan tambahan sayuran, toge, telur rebus, bawang goreng, di-garnish dengan wortel dan irisan daun bawang.
 
Cooking Demo oleh Adelia Izza dari Delle's Kitchen [Foto: Dok Pri]
Aroma wangi tercium dari peanut butter yang mampu merangsang orang-orang yang hadir di acara ini untuk merasakan. Mie Lemonilo dengan Peanut Butter menjadi semacam menu pilihan lain makan secara sehat bebas penyakit.

Untuk melihat antusiasme peserta gathering ini juga, Lemonilo dan What’s Up Café mengadakan kompetisi meng-garnish mie Lemonilo dengan hanya lima macam bahan saja yang sudah disediakan. Masing-masing peserta menciptakan kreasi sesuai yang mereka inginkan.

Kompetisi ini terdiri atas tiga bagian, dari setiap bagian dipilih satu pemenang menurut juri yang terbaik dari hasil garnish yang mereka buat. Seru memang! Tak sekadar makan, tetapi bagaimana membuat makanan itu semakin ingin untuk disantap dari tampilan yang menarik.
 
Mie Lemonilo yang digarnish dengan telur ceplok, ayam, selada, dan irisan cabe merah & daun bawang [Foto: Dok Pri]
Kompetisi ini juga bisa dibilang sebagai salah satu daya tarik dari gerakan Lemonilo untuk menjadikan mie Lemonilo sebagai makanan sehat dan masyarakat Indonesia menerapkan pola hidup sehat.

Ronald Wijaya, selaku President Lemonilo menyampaikan, “Ke depannya, Lemonilo akan memperluas gerakan ini. Kami mengundang seluruh pengusaha kuliner di Indonesia untuk menyukseskan gerakan ini dalam membangun Indonesia lebih sehat. Caranya sangat simpel, mulai dari menawarkan pilihan menu yang lebih sehat dengan harga terjangkau bersama Lemonilo.”
 
Owner What's Up Cafe (jilbab) dalam sambutannya [Foto: Dok Pri]
Lemonilo juga berharap untuk masyarakat Indonesia, bahwa menjaga kesehatan tubuh dapat dimulai dari memilih menu sehat dan terjangkau, bahkan di tempat-tempat yang tidak sehat sekalipun. Jadi, bersama Lemonilo, kalau kalian mau nongkrong di Café pun bisa dilakukan dengan cara sehat dan tidak merusak tubuh.

Perlu kalian ketahui juga untuk keunggulan mie Lemonilo ini ya. Mie Lemonilo (Mie Goreng) merupakan Mie Instan Alami yang terbuat dari bahan-bahan pilihan berkualitas dan alami pula.  Mie ini rendah gluten karena menggunakan tepung mocaf yang terbuat dari singkong.
 
Mie Lemonilo, dapat dikonsumsi setiap hari dan aman [Foto: Dok Pri]

Warna hijau yang ada di mie berasal dari daun bayam yang ditanam secara organik hidroponik tanpa pewarna buatan. Mie-nya tidak melalui penggorengan karena proses pengeringan melalui oven sehingga menghasilkan produk  dengan jangka waktu kadaluarsa cukup lama dan rendah lemak. Terpenting lagi, mie ini terbuat dari bahan-bahan alami tanpa pengawet  dan tanpa MSG.

Bagaimana dengan kandungan gizi yang ada di dalam mie Lemonilo? Takaran saji 77gr; energi total 283 kkal; energi dari lemak 36 kkal; lemak total 4 gr; lemak jenuh 2 gr; lemak trans 0 gr; kolesterol 0 mg; natrium 596 mg; karbohidrat total 54 gr; serat pangan 3 gr; gula 5 gr; protein 7 gr; vitamin D 0%; zat besi 0%; dan kalsium 4%.



Bergabung di Lemonilo, kita bisa langsung jualan [Foto: Dok Pri dalam Lemonilo]

Eits, tunggu dulu, mie Lemonilo juga ternyata aman dikonsumsi anak-anak. Jadi, tak perlu khawatir para orang tua untuk memberikan makan mie khususnya mie Lemonilo ke anak-anak ayah dan ibu. Rasanya enak dan fresh. Saya sudah mencobanya, bagaimana dengan kalian? Penasaran, kan? Makan Mie Lemonilo setiap hari? Siapa takut?!

Kita bisa mengajak teman untuk gabung di Lemonilo [Foto: Dok Pri dalam Lemonilo]
 
Beragam produk Lemonilo [Foto: Dok Pri dalam  Lemonilo]


0 comments: