Kebahagiaan itu kita yang buat [Foto: Dok. https://www.elconfidencial.com] |
"Setiap pria dan wanita sukses adalah pemimpi-pemimpi besar. Mereka
berimajinasi tentang masa depan mereka, berbuat sebaik mungkin dalam setiap
hal, dan bekerja setiap hari menuju visi jauh ke depan yang menjadi tujuan mereka."
(Brian Tracy)
Apa sih yang terpikir dan terlintas di benak Anda ketika
mendengar kata Asuransi? Semacam apakah asuransi ini? Apakah makhluk yang
menyeramkan atau justru makhluk yang bisa jadi teman setia? Yang jelas, kalau
saya pribadi, mendengar kata asuransi itu sudah pasti ujung-ujungnya keamanan
(proteksi) diri, keluarga, dan keamanan dari jiwa maupun harta yang kita
miliki.
Asuransi mengacu pada tindakan, sistem, atau bisnis
perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk jiwa, properti,
kesehatan dan lainnya yang mendapatkan penggantian dari kejadian-kejadian yang
tidak dapat diduga yang dapat terjadi seperti kematian, kehilangan, kerusakan
atau sakit. Hal ini melibatkan pembayaran premi secara teratur dalam jangka
waktu tertentu sebagai ganti polis yang menjamin perlindungan tersebut.
Nah, sementara Pak Himawan Purnama selaku Head of Product
Development-Prudential Indonesia, mengatakan, bahwa asuransi itu perjanjian
antara dua pihak, yang satu berkewajiban membayar iuran berupa Premi dan pihak
lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran apabila
terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang miliknya sesuai dengan
perjanjian yang dibuat.
Himawan Purnama, AVP Head of Product Development-Prudential Indonesia [Foto: Dok. Pri] |
Inggris adalah negara yang memulai terbentuknya pertama kali
asuransi di dunia dengan membuat pola tanggung renteng di antara sesama pemilik
kapal. Mereka secara bersama mengumpulkan dana dengan jumlah tertentu untuk
mengganti kerugian yang timbul di anggota kelompoknya. Konsep yang dibuat di
negara Inggris itu lantas menyebar ke pengusaha yang ada di seluruh Inggris.
Perusahaan asuransi bisa menjual produk yang mereka miliki
dan membuat ketetapan besarnya premi yang mesti dibayar nasabah sesuai tinggi
rendahnya risiko yang dipertanggungkan si nasabah. Ketika nasabah menetapkan
besarnya premi, perusahaan asuransi mesti membuat pertimbangan cadangan dana
yang perlu disiapkan jika ada klaim di suatu hari nanti, dana operasional
perusahaan asuransi, dan keuntungan bagi pemegang saham.
Nah, karena tingginya kompetisi di antara perusahaan
asuransi, sebagian perusahaan asuransi membuat ketetapan premi tidak
mempertimbang hal-hal tersebut. Otomatis perusahaan tidak ada dana yang bisa
dicadangkan untuk mengganti kalau ada klaim nasabah.
Akibatnya, komplain nasabah ke perusahaan asuransi tidak
membayar klaim sesuai dengan yang diperjanjikan atau jangka waktu pembayaran
klaim tidak sesuai dengan yang dinyatakan sebelumnya. Karena hal itu terpaksa
perusahaan asuransi tersebut ditutup.
Anda perlu memastikan untuk memperoleh sedetail mungkin
infomasi mengenai keuangan perusahaan asuransi sebelum memutuskan membeli
produk asuransi dari perusahaan asuransi yaaa…
Asuransi sudah jadi hal sangat penting di zaman yang semakin
maju. Bagaimana tidak, orang-orang semakin kritis dan berpikir bahwa apa yang
dimiliki mungkin suatu saat akan lenyap, dan entah itu kapan terjadi. Alhasil,
perlindungan dari seluruh yang dipunyai sudah menjadi keharusan.
Asuransi memberikan keamanan dan kenyamanan kepada setiap
orang. Apapun jadi lebih gampang dan diri tak merasa was-was. Bagaimana
asuransi terus berkembang mengikuti pilihan pelanggan. Bisa jadi kini nasabah yang justru tahu apa kebutuhan
asuransi masa depannya.
Bagaimana sebenarnya konsep dasar asuransi itu? Konsep dasar
asuransi sebagai mana yang disampaikan Pak Himawan itu terdiri atas: 1)
Perusahaan bertindak sebagai pengelola atau penanggung; 2) Nasabah membayar
premi kepada perusahaan; 3) Bila nasabah mengalami kondisi sesuai dengan
perjanjian, maka perusahaan akan memberikan sejumlah manfaaat kepada nasabah.
Konsep asuransi itu sendiri seperti arisan. Kalau satu lawan
satu, itu bukan asuransi ya gaes. Nah, dengan konsep arisan itu tadi, Anda
semua berkumpul secara bersama-sama dengan membayar sekian rupiah, maka ada
statistik data yang bermain di sini. Sehingga
pada akhirnya perusahaan asuransi dalam hal ini prudential bertindak
sebagai pengelola atau penanggung bagi para nasabah asuransi.
“Asuransi, kalau memiliki kantung kecil sangat sulit untuk
berkembang,” ucap Himawan. Kalau semua nasabah membayar premi asuransi, akan
terkumpul sejumlah dana yang bisa digunakan membayar sejumlah dana sesuai
tertentu kepada nasabah. Hal ini artinya perusahaan bisa memberikan sejumlah
manfaat kepada nasabah seperti yang diperjanjikan. “Prinsipnya rame-rame”,
lanjut Himawan.
Seiring bergulirnya waktu, asuransi terus berkembang.
Yang tadinya secara konvensional, kini berkembang lebih kepada syariah. Secara
nyata, perbedaan keduanya jelas.
KONVENSIONAL
|
SYARIAH
|
|
Prinsip Dasar
|
Risk transfer
|
Risk Sharing
|
Perjanjian
|
Akad jual-beli
|
Akad tolong menolong
|
Peran Perusahaan
|
Penanggung Risiko
|
Pengelola Dana Tabaru
|
Keuntungan
|
Milik Perusahaan
|
Surplus underwriting
|
Pengawasan
|
Internal Manajemen
|
Dewan Pengawas Syariah
|
Jenis Investasi
|
Berbasis Syariah dan tidak
|
Berbasis Syariah
|
Nah, kalau di konvensional risiko ditransfer. Contoh, Anda
sebagai perusahaan asuransi. Anda mengambil risiko nasabah yang mengasuransikan
kepemilikannya. Sementara di syariah, berbagi risiko. Dana yang ada dikumpulkan
dalam satu kantung. Nah, di sini kalau terjadi sesuatu dibagi secara
bersama-sama. Tidak dipindahkan kepada perusahaan, tetapi dibagi secara
bersama-sama kepada orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Dari sisi perjanjian, Konvensional menganut yang namanya
akad jual-beli. Jadi peran perusahaan sangat penting dan diperlukan. Karena,
akad dilakukan oleh perusahaan dan nasabah. Sementara, di syariah itu akad
tolong menolong. Jadi, masing-masing nasabah saling bekerja sama untuk membantu
nasabah yang lainnya.
Peran perusahaan sendiri di konvensional sebagai penanggung
risiko. Jadi, kalau terjadi apa-apa dengan nasabah, perusahaan sudah harus siap
sedia dengan segala konsekuensinya. Misalnya membayar klaim nasabah yang
mengalami kecelakaan atau kematian, juga sakit.
Sedangkan di syariah, perusahaan hanya sebagai pengelola dana tabaru
saja dan tidak menanggung risiko apabila terjadi sesuatu hal pada nasabah.
Dari sisi keuntungan, seluruh keuntungan menjadi milik
perusahaan untuk yang bersifat konvensional. Nasabah hanya memperoleh dana dari
yang diasuransikannya saja. sementara syariah nasabah memperoleh bagi
hasil. Dan pengawasan yang dilakukan di
konvensional berasal dari internal manajemen. Di Syariah, dibentuk dewan khusus
yang mengawasi jalannya peredaran asuransi, yaitu Dewan Pengurus Syariah. Kalau
melihat jenis investasi yang dilakukan di konvensional dapat berupa investasi
syariah, maupun tidak. Sementara, syariah hanya yang bersifat syariah saja.
Asuransi sendiri dipecah menjadi dua bagian, yaitu asuransi
umum dan asuransi jiwa. Secara umum dapat meliputi, asuransi properti,
kendaraan, perjalanan, engineering, rangka kapal, cargo, kecelakaan, kecurian,
dan lain-lainnya. Asuransi jiwa sendiri meliputi sakit, kesehatan, dan sakit
kritis.
Nah, Prudential punya asuransi bentuk lain yaitu asuransi
jiwa unit link. Asuransi ini memberikan manfaat proteksi (perlindungan) dan
investasi sekaligus. Konsep dasarnya ada enam bagian, yaitu 1) perusahaan
bertindak sebagai pengelola atau penanggung’ 2) nasabah membayar premi kepada
perusahaan; 3) premi yang telah dibayarkan dikonversi menjadi unit; 4) harga
dari unit yang terbentuk itu akan mengikuti kinerja dari investasi yang
dipilih; 5) unit dipakai sebagai pembayaran biaya asuransi dan akumulasi nilai tunai; dan 6) bila nasabah mengalami
kondisi sesuai dengan perjanjian, maka perusahaan akan memberikan sejumlah
manfaat kepada nasabah.Pasti dikasih lebih dengan Prudential ini. Enak banget
kaan.
Ragam manfaat yang bisa diperoleh pun mampu melengkapi
perlindungan andalan dengan beragam pilihan manfaat. Jadi, dengan Anda
berasuransi, dapat memberikan perlidungan saat kondisi yang tidak diharapkan
terjadi.
Kalau melihat perkembangan asuransi Prudential ini,
perjalanannya dapat kita telusuri. Pada 1999 PAA (Prulink Assurance Account)
diluncurkan. Kemudian menyusul pada 2007 bentuk barunya hadir berupa PSAA
(Prulink Syariah Assurance Account). Kedua asuransi ini memberikan perlindungan
yang sangat komprehensif kepada jutaan nasabah Prudential Indonesia. So, ga
begitu khawatir banget kan ya jadinya. Lantas, apa yang akan hadir di 2018 ini
dari Prudential? Aah, bikin penasaran jadinya kan ya. Sementara, kalau Anda
berinvestasi di asuransi ada banyak keuntungannya. Anda akan ikut menikmati
hasil kinerja investasi sesuai pilihan Anda. Menggiurkan, kan?
Bagaimana proses perencanaan keuangan seseorang dimulai? Ya,
seseorang memulai merencanakan keuangannya itu bisa dengan investasi. Menurut
Irvan Ferdiawan, AVP Head of Investment – Prudential Indonesia mengatakan,
investasi itu seperti layar sebuah kapal, kadang maju, kadang mundur.
Ya, pada saat berlayar kita mesti memiliki perlindungan
maksimum apapun keadaan yang terjadi, bahwa kapal itu harus bisa membawa
seluruh orang dan keluarga kita menuju harapan yang kita inginkan. Bisa
dibayangkan, kalau kita punya perencanaan tetapi tidak punya kapal yang kuat,
tiba-tiba di tengah jalan terjadi sesuatu. Apa yang akan terjadi dengan
orang-orang yang ada di kapal itu dan keluarga kita sendiri.
Jadi, tugas pertama Anda adalah, memastikan punya kapal yang
kuat, sehingga apapun yang terjadi dengan diri Anda, Anda bisa tenang dan aman.
Kedua, kalau Anda hanya mengandalkan proteksi, Anda tidak tahu sampai kapan ke
tujuan pulau tersebut. Oleh karena itu, kita perlu tambahan satu variabel lagi,
yaitu layar. Nah, layar inilah sebagai omzet investasinya.
Layar inilah yang menjadi gasnya ketika ada angin datang
yang mampu membuat kapal bergerak lebih cepat. Tetapi, investasi yang
mengandalkan layar ketika ada angin yang bergerak ke depan, kapal pun akan
bergerak ke depan. Dan kalau angin berhembus ke belakang layar, kapal pun akan
bergerak ke belakang. Beginilah kira-kira laju investasi.
Nah, selama perjalanan investasi itu, bukan tidak mustahil
kita menemui bongkahan-bongkahan es seperti kapal Titanic yang menerjang
bongkahan es. Kalau kita tidak punya kapal yang kuat ketika berinvestasi,
laksana kapal Titanic yang amblas di tengah lautan menabrak batu karang. Kalau
punya kapal yang kuat, Anda dapat menabrak bongkahan es dan kapal tetap
bergerak maju.
Investasi itu laksana
layar, dia bisa bergerak maju juga bergerak mundur. Jadi, tugas layar di sini
adalah mempercepat investasi yang Anda lakukan. Bagaimana dengan uang satu juta
bisa punya rumah di bilangan Kuningan atau Setiabudi yang harga rumahnya
sendiri 2,7 M. Tugasnya layar inilah untuk bergerak lebih cepat dengan uang
satu juta melalui investasi Anda bisa memiliki rumah impian tersebut.
“Nah, ketika Anda memilih investasi, “layar” seperti apa
yang Anda perlukan?” lanjut Irvan. Ada saham, obligasi, reksa dana, nah ini
semua adalah tipikal jenis-jenis layar, sebagaimana yang diucapkan Irvan,
tinggal Anda mau memilih layarnya seperti apa.
Bagaimana cara memilih layar yang benar? Di Indonesia,
pengetahuan yang terkait dengan investasi sangat disayangkan--mulai dari SD,
SMP, SMA, hingga kuliah--tidak pernah diajarkan. Berbeda dengan di luar negeri
(Eropa, Amerika, Australia) perencanaan keuangan menjadi bahan dasar pendidikan
di negara-negara tersebut. Oleh karenanya, ketika orang Indonesia diberi
penawaran untuk berinvestasi, jawaban mereka adalah “Terserahlah”.Kalau tidak
dijawab dengan “Mana return yang paling tinggi.”
Kalau ngomongin investasi, kata Irvan tidak ada investasi
yang bagus dan tak ada satupun investasi yang jelek. Yang ada adalah investasi
apa yang pas untuk masa depan Anda. Di sinilah tugasnya seorang agent membantu
setiap nasabahnya mengetahui investasi yang pas/cocok.
Pulau yang mau Anda tuju itu kira-kira jaraknya berapa jauh.
Contohnya, kalau sekarang Anda punya uang 100 juta, sementara pulau yang Anda
inginkan seharga 1M, artinya Anda masih kurang, 9,9 ratus juta. Nah, Agent
membantu memilihkan layanan yang tepat. Setiap layar (investasi) itu bergerak
berdasarkan Risk and Return. Semakin tinggi return-nya, semakin tinggi
risikonya. Hal ini yang selalu ada di investasi.
Ada tiga komponen untuk mengukur risiko:
1.
Willingness:
Sudah siap tidak kalau sewaktu-waktu investasi yang Anda buat akan hilang
2.
Ability:
Berkaitan dengan Cash Flow Stream berupa bujet
3.
Needs: Apa
investasi terbaik yang ingin Anda lakukan.
Orang yang berinvestasi itu, kata Irvan “pelit”, kenapa?
Karena dia berpikir bahwa apa yang dia tanamkan di kemudian kelak akan menjadi
besar. Ini semua tentang mind set Anda. Nah, untuk mengubah mind set ini Irvan memberi satu permainan, bagaimana kita
berpikir jangan melihat keluar, lihatlah ke dalam diri Anda sendiri.
Blogger yang hadir diminta untuk membuat simpul tali.
Hahaha… ngakak juga saya. Syaratnya, tali yang sudah dipegang oleh kedua
tangan, jari-jari tidak boleh menggerakkannya hingga terbentuk simpul. Mikir
sih!
Alhasil, semua blogger tak ada yang mampu membuat simpul.
Irvan memberikan tekniknya. Lipat tangan seperti bersedekap (bersilang) di
dada. Ambil ujung tali dengan tangan kanan, dan tali lainnya dengan tangan
kiri. Tarik ujung-ujung tangan yang
sudah memegang tali tadi… daaan…. Taraa… jadilah simpul itu tadi.
Seru!! Sebelum melihat keluar, lihatlah ke dalam diri kita
sendiri terlebih dahulu. Pelajaran berharga dan penting banget yang saya
peroleh hari ini, Jumat (14/9/2018) bersama teman-teman Blogger Asuransi dan
Prudential di Prudential Center, Kota Kasablanka Jakarta Selatan, tentang
investasi dan unit link Prudential.
Mau berasuransi dan berinvestasi? Kapan lagi kalau tidak
dari sekarang, semua #PastiDikasihLebih.
1 comments:
waktu belum kenal sama asurasni juga aku agak gimanaaa gitu :-D. Tapi skr udah sayang banget kok
Post a Comment