Tuesday, January 23, 2018

Dear My Lovely Nephew…



 
Keponakan cewek menikah [Foto: Dok Jayanti Novalia]
Rasanya, baru kemarin sore kamu mbrojol. Masih terngiang-ngiang suara tangisanmu itu di telinga Mamang (sebutan untuk Paman/Om dalam bahasa Sunda). Tubuh bersih,rambut hitam, cantik, dan lincah.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Cantik wajahmu makin terlihat jelas. Manja dan banyak omong mulai kamu tunjukkan. Ada saja orang yang “jahil” nyubit sana sini itu pipi.

Mamang yang lihat kadang gemes sendiri sama  itu orang. Entah tangannya habis megang apa, tiba-tiba nyubit, nowel, dan tetek bengek tangan lainnya deh. 

Masa-masa kecil kamu itu dihabiskan dengan lari sana sini. Kamu kuat dan menjelma menjadi sosok anak gadis kecil yang tangguh. Kehadiranmu dalam keluarga, menambah deret panjang cinta.
Terkadang, ada kerinduan yang menggelitik saat-saat nenek memandikan kamu, saat Mamang mengayun-ayun kamu dalam buaian kain panjang yang diikat dengan tali. Biar kamu tidur siang dan tak terjaga di malam hari.

Alhamdulillah, kamu tak pernah menangis menjerit-jerit meski kehabisan susu. Makan pun tak pilah pilih. Semua kamu lahap. Kamu tumbuh menjadi gadis kecil yang lucu dan menggemaskan.

Teringat saat kakek buyut telah mendahului kita semua, kepalamu dibalut selendang panjang berwarna merah mirip boneka India. Tangan-tangan jahil mulai menjamah pipimu yang merah merona.
Lucu!

Kala ingat masa-masa itu. Mamang memang tak pandai merangkai cerita hingga kamu lelap terlena, lantas bangun menjelang senja. Kadang gemas kalau kamu belum tidur-tidur. 

Usap-usap manja kepalamu mamang layangkan agar kamu memejamkan mata indah itu. Nenek begitu perhatian melihat pola tidurmu yang tak grasak grusuk. 

Tenang, lembut, menghanyutkan. Bulu matamu yang lentik buat siapa saja tertarik. Saat dua tahun usiamu, nenek sempat bawa ke salah satu toko China langganan, Aseng.

Aseng dan istrinya sempat meminta kamu untuk jadi anaknya. Sungguh serius Aseng dan Nyonyah minta sama nenek. Tapi nenek bersikukuh tak melepaskan cucu sayangnya itu. Kala nenek jarang ke toko, tak ayal Aseng dan Nyonyah selalu merindukan dirimu. 

Sakit flu paling sering kamu derita. Demam dan panas sudah biasa menjamahi tubuhmu. Karena kondisi cuasa, tubuhmu rentan dan tak kuat menerima. Tetap sehat!

Di 22 Januari lebih satu hari ini, genap 29 tahun sudah. Mamang dan bibimu lepas penat melepas masa lajangmu bersama lelaki pilihan yang akan mendampingi seumur hidupmu. Tunai satu tugas menjaga dan mengasuhmu.

Hanya doa, cinta, dan sayang  semoga menjadi istri yang  berbakti untuk suamimu. Dalam helai-helai pucuk surat ini, mamang ucapkan selamat berkurang satu tahun umurmu. 

Semoga keberkahan selalu menghampiri. Banjir cinta dan sayang dari orang-orang terkasihmu. Kalau harus memilih, ada cerita yang tidak bisa mamang utarakan panjang lebar untukmu. Tetap semangat!!

Mamang, bibi, dan semua, selalu berdoa. Jadilah keluarga sakinah, waddah, dan rahma. Semoga selalu sehat dan diberkahi yoo Jayanti Novalia.

Salam sayang…

Mamang Jun

4 comments:

siti hairul said...

ya Allah jarang2 aku baca surat dari seorang paman. jadi terharu. Semoga si eneng sakinah mawaddah ya mas Jun. Barakallahulaka wabaraka alayka wajama'a baynakuma fii khoir untuk si eneng.

Noer Ima Kaltsum said...

Amin. Pamannya memang paman yang memperhatikan keponakannya. Selamat menempuh hidup baru mbak.

April Hamsa said...

Selamat berbahagaia ponakannya Mas Jun :D

Artha Amalia said...

Paman idaman:)